Telah terlahir seorang bayi perempuan lucu dan mungil di bulan Oktober dari seorang ibu yang aku cintai, selalu menemaniku dalam suka dan duka. Terlalu cintanya ibuku kepadaku di beriku nama Indah karena suatu anugerah yang terindah dalam hidup kedua orang tuaku. Seiring berjalannya waktu tak terasa usiaku kini menginjak 15 tahun. Ku lalui hari-hariku tanpa langkah yang pasti. Hanya angan-angan bergelanyut seakan berharap dan berharap terus. Ku ingin langkahku kau temani, merasakan hari-hari yang indah. Tak ku sangkah rintihan hatiku yang paling dalam bersambut.
Bulan Oktober, oh kurindu padamu bulan yang penuh harapan yang selalu berkecambuk dalam hatiku selama ini. Tak ada angin tak ada petir, di siang itu harapanku terjawab. Datanglah seorang yang tak asing di Hatiku. Meskipun waktu itu di masa kecilku SD dia sudah pernah mengenalku. Tapi apalah arti semua itu di usiaku baru 11 tahun, ah usia anak-anak yang masih selalu ingin di manja, di belai seorang ibu. Ya kulalui hari-hari selayaknya anak-anak kecil lainnya, penuh canda tawa. Tak terbesik di benakku untuk mengenal seorang yang lebih dari seorang teman.
Masih teringat kala itu, perpisahan SD kita sama-sama study tour ke Jogja. Senang sekali rasanya bersendau gurau bersama teman-teman. Tak kusangka dan tak kuduga datanglah sesosok laki-laki mendekatiku, dia berkata : “Hei Indah bolehkah aku duduk di sampingmu?”. Dengan rasa malu, takut dan agak senang ku katakan padanya,”silahkan!” dengan kepala menunduk ku menjawabnya.
Ketika sampai di Jogja, kita semua pun masuk ke dalam kamar dan langsung mandi karena akan melanjutkan perjalanan. Di saat berjalan-jalan aku seorang diri, dia datang menghampiriku dan akhirnya kita duduk di pinggir pantai. Di iringi gemercik air laut seakan menghampiriku. Dengan malu-malu dia bercerita bahwa hatinya senang dengan aku. Dia berkata,”Indah bolehkah aku menganggapmu lebih dari seorang teman dan maukah kamu jadi pacarku?”. Dengan kaget dan mata melotot ku jawab,”oh apakah benar ucapanmu tadi?”. Dia bertanya lagi,”kenapa?apa ada yang salah dengan perkataanku?”. Aku pun menjawabnya,”enggak ada yang salah kok!tapi kita kan masih kecil”.Tiba-tiba datanglah temanku Linda dia datang dan memukul pundakku dari belakang. Aku kaget bukan main. Akhirnya aku sama Linda ngomong ke dia, untuk pergi jalan-jalan. Dia bilang,”terserah!”. Sejak saat itu lah antara aku dan dia biasa-biasa saja. Sampai tour selesai aku tak ada masalah apa-apa.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun kulalui dengan apa adanya. Dia tiba saatnya di usiaku ke 15 tahun, aku bertemu dan berjumpa dengan dia lagi. Awal itu, bulan Oktober tepat di ulang tahunku ke 15 tahun. Tiba-tiba datanglah sesosok laki-laki dengan penampilan agak ngepunk, datang ke rumahku dengan mengendarai sepeda fitnya. “Assalamualaikum”, tiba-tiba ibu berjalan membukakan pintu. “Waalaikumsalam”, jawab ibuku. “Mau ketemu siapa mas?”, Tanya ibuku. “Indahnya ada bu?”, jawabnya. “Ada kok mas”, kata ibuku. Dengan langkah penuh hati-hati ibu memanggil dan menghampiriku. Ibu bilang ada temanku, langsung ku temui temanku itu dan ku persilahkan duduk. Agak malu-malu aku dan dia berjabat tangan. Saling tersenyum dan agak malu-malu rasanya.
Aku dan dia ngobrol bercerita tentang kehidupan masing-masing. Selama kurang lebih 4 tahun tiada kabar berita dia datang ke ruamhku. Terbesik di benakku, oh sebegitu besarnya dia masih ingat aku. Mungkinkah dia masih memegang kata-katanya masih selalu ingat padaku. Tak ku sangkah lagi tepat di ulang tahunku yang terindah dalam hidupku, tanpa malu-malu seperti dulu dia berkata,”Indah aku mencintaimu”. Aku terkejut dengan kata-katanya. Dengan hati yang berbunga-bunga rasanya ingin ku jawab,”ya….!” tapi sebegitu cepatkah rasa itu hadir dan menghampiriku. Sambil ku tundukan kepala aku menjawab,”tunggu 2 hari lagi ya pasti ku jawab!”. Dengan sabarnya dia mengiyakan jawabanku.
Untuk membangkitkan suasana agar tidak sunyi, aku mengajak dia ngobrol-ngobrol tentang sekolahnya. Dengan antusiasnya dia menyambutnya. Akhirnya suasana menjadi fress lagi. Mulai dari dia cerita panjang lebar tentang motor favoritnya. Kelihatannya dengan motornya itu dia sangat senang dan bangga. Tak lupa ku ceritakan tentang aku dan kisah-kisahku yang konyol itu. Dia tertawa-tawa suasana menjadi semakin asyik saja. Tak terasa detak jam dinding menunjukkan pukul 15.00 WIB, tanpa basa basi dia langsung pamit pulang dan selalu berharap jawaban dariku.
Seiring hari berlalu tibalah hari yang din anti dia datang dengan tersipu malu. Ngobrol sambil mendengarkan musik di Hp. Dia bertanya,”gimana Ndah jawabannya!”. “Ku terima cintamu, tapi ijinkanlah pada ibuku, boleh apa tidak pacaran denganku?”, kataku. Tak di sangkah ibu berjalan melewati ruang tamu dimana aku dan dia duduk. Kesempatan dia buat ngomong ke ibuku. Akhirnya ibuku mengizinkan.
Sejak saat itu aku pacaran dengan dia. Hari-hari yang ku lalui serasa Indah dan senang. Aku sangat menyanyangi dia, karena dia selalu minta izin pada ibuku kemana aku dan dia pergi. Dari situ aku mulai tersentuh hatiku untuk selalu menyayanginya selalu. Dari tutur katanya yang sopan pada ibuku.
Pada suatu hari, dia datang lagi berkunjung ke rumahku. Dengan rasa sedikit takut dan malu-malu, dia mendatangi ibuku yang saat itu lagi duduk di depan teras bersama adik-adikku yang lain. Dia berkata,”Ibu bolehkah aku mengantar dan menjemput Indah sekolah?”. Dengan agak terkejut ibu menjawab,”oh, boleh-boleh saja asal langsung pulang ya!”. “NggiH bu, matur nuwun”, katanya. Ya, semakin hari semakin minggu hanya perasaan senang dan rindu yang kurasakan.
Aku sempat putus dengan dia tapi karena kita masih saling mencintai, akhirnya kita pun balikan lagi. Sampai saat ini aku masih menjalin hubungan dengan dia dengan hati yang tulus dan saling percaya satu sama lain. Aku berharap dia yang terbaik untukku.